KECAMATAN CEPOGO


irung petruk view(cepogo)



batas kecamatan cepogo dan boyolali


Kecamatan Cepogo terletak di Kawasan Merapi Merbabu dan merupakan bagian dari lereng Gunungapi Merapi. Kecamatan Cepogo terletak di Kawasan Merapi Merbabu dan merupakan bagian dari lereng Gunungapi Merapi. Puncak Gunungapi Merapi meliputi : sebagian Desa Wonodoyo. Lereng atas Gunungapi Merapi meliputi : sebagian Desa Wonodoyo, Desa Jombong, Desa Gedangan, Desa Genting dan sebagian Desa Sukabumi. Lereng tengah Gunungapi Merapi meliputi : sebagian Desa Sukabumi, Desa Cepogo, Desa Kembangkuning, sebagian Desa Mliwis, sebagian Desa Cabeankunti dan Desa Sumbung. Serta lereng bawah Gunungapi Merapi meliputi : sebagian Desa Mliwis, Desa Paras, Desa Jelok, Desa Bakulan dan Desa Gubug.

1. Morfologi

Secara umum morfologi Kecamatan Cepogo merupakan perbukitan bergelombang dengan relief halus hingga kasar. Kemiringan lereng bervariasi dari 0% hingga > 70%, dengan ketinggian 550 – 2.911 m dpal. Bentuk bentang lahan yang ada sangat khas, yaitu puncak Merapi dengan lerengnya yang menuju ke segala arah dengan lereng yang sangat curam di wilayah yang dekat dengan puncak dan semakin melandai kearah bawah. Lereng Merapi bagian timur relatif lebih terjal, sementara di bagian barat dan utara relatif lebih landai (Simoen, 2000).

Menurut Suratman dalam Marfai (1998 : 54-56) berdasarkan morfologinya Gunungapi Merapi dapat dibagi dalam beberapa unit morfologi yaitu :

• Kerucut Vulkan (Volcanic Cone)

Unit morfologi ini terdiri atas bongkah-bongkah batu dan batuan eflata lainnya. Kawasan ini memiliki kemiringan > 40o dengan ketinggian antara 2.000 – 2.911 m dpal. Proses yang berlangsung dipengaruhi oleh kegiatan gunungapi itu sendiri dan gerakan massa batuan (massmovement). Gunungapi Merapi yang masih aktif selain mengeluarkan bahan-bahan piroklastik seperti pasir, kerakal, kerikil, bom, lapili juga mengeluarkan bahan cair dan gas sehingga bahan-bahan tersebut terakumulasi dipermukaannya.

• Lereng Vulkan (Volcanic Slope)

Lereng Vulkan mempunyai kemiringan 20o hingga 40o dan terletak pada ketinggian 1.100 – 2.000 m dpal. Pada kawasan ini proses yang dominan adalah erosi dan gerakan massa batuan.

• Kaki Vulkan (Volcanic Foot)

Unit morfologi ini mempunyai kemiringan 8o hingga 20o dan terletak pada ketinggian 550 – 1.100 m dpal. Proses yang terjadi adalah erosi, pengangkutan dan pengendapan. Material penyusun batuan terdiri atas tuff, abu breksi, anglomerat dan sisipan aliran lava. Kawasan ini banyak ditumbuhi vegetasi.

• Dataran kaki Vulkan Fluvial (Fluvio Volcanic Foot Plain)

Unit morfologi ini mempunyai kemiringan 1o hingga 8o dan terletak pada ketinggian 50 – 550 m dpal. Material penyusunnya terdiri atas tuff, fragmen breksi, kerakal, kerikil, pasir dan lempung.

• Dataran kaki Vulkan (Fluvio Volcanic Foot)

Unit morfologi ini memiliki kemiringan < 1o dan proses yang dominan terjadi adalah erosi lateral dan pengendapan. Material penyusunnya terdiri atas lempung yang berasal dari endapan lereng di atasnya dan merupakan endapan fluvial rombakan gunungapi yang terjadi kembali.

Dari uraian tersebut, maka Kecamatan Cepogo termasuk ke dalam satuan bentuklahan kerucut vulkan (volcanic cone), satuan bentuklahan lereng vulkan (volcanic slope) dan satuan bentuklahan kaki vulkan (Volcanic Foot).

Rangkaian perbukitan yang berada di Kecamatan Cepogo dibentuk oleh beberapa satuan batuan, yaitu batuan dari Endapan Gunungapi Merapi Tua (Qmo) yang terdiri dari breksi dengan frgamen berupa andesit dan dominan fragmen dengan beberapa sisipan lava andesit dan basalt, Batuan Gunungapi Merbabu (Qme) yang terdiri dari breksi gunungapi dan lava dimana fragmen breksi gunungapi berupa batuan andesit, sedangkan lava berupa lava andesit dan lava basalt dengan ciri adanya lubang gas (scoria), Batuan Gunungapi Merapi Muda (Qmi) terdiri dari batupasir tufan, pasir vulkanik, endapan laharik, anglomerat, leleran lava tak terpisahkan, dan Endapan Longsoran (na) satuan ini terdiri dari endapan longsoran dan lahar.

2. Tanah

Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1997: 9)

Berdasarkan peta 1 : 50.000 yang bersumber dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Boyolali tahun 1997, tanah yang ada di Kecamatan Cepogo terdiri dari 3 jenis, yaitu :

a. Andosol

Andosol merupakan tanah yang berasal dari bahan induk abu vulkanik. Abu vulkan yang berasal dari gunungapi di Indonesia umumnya bersifat andesit sampai basalt (Munir, 1995: 74).

Disamping abu vulkanik, bahan induk andosol juga dijumpai tufa. Tufa yaitu batuan porous yang biasanya berlapis-lapis terdiri dari akumulasi scoria dan abu di sekitar gunungapi yang terikat bersama membentuk suatu masa padat. Kadang-kadang tufa terdiri dari abu vulkanik dan pasir yang diangkut dan diendapkan oleh air hujan (Sarwono 1985, dalam Munir 1995 :74).

Tanah Andosol tersebar di daerah beriklim Afa, Cfa dan Cw (Koppen) dengan curah hujan 2.500 – 7.000 mm per tahun dan terdapat pada daerah dengan ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan air laut. Tanah Andosol bertekstur lempung hingga debu, tanah berwarna hitam hingga kuning, strukturnya remah dan konsistensinya gembur. Tanah agak masam hingga netral (pH : 5, 0 – 7, 0). Kandungan haranya sedang hingga rendah untuk N, P dan K. Permeabilitasnya sedang, kepekaan tanah besar terhadap erosi air dan angin (Hadi, 2000 : 64).

Persebaran untuk tanah andosol terdapat di Desa Genting, Desa Cepogo dan Desa Kembangkuning. Tanah Andosol cocok dimanfaatkan untuk penanaman tembakau, sayur-sayuran, bunga-bungaan, kopi, teh dan hutan pinus.

b. Litosol

Bahan induk tanah litosol adalah campuran batuan endapan tuff dan batuan volkan. Tanah litosol merupakan tanah yang dianggap paling muda, sehingga bahan induknya seringkali dangkal (< 45 cm) atau tampak di atas permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu. Tanah litosol belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan tanah akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang (Munir, 1995 : 331).

Persebaran untuk tanah litosol di Kecamatan Cepogo yaitu di Desa Kembangkuning dan Desa Gubug.

c. Regosol

Tanah regosol umumnya belum jelas menampakkan differensiasi horison, meskipun pada tanah yang sudah tua horison sudah mulai terbentuk dengan horison A1 lemah, berwarna kelabu, mengandung bahan yang belum atau masih baru mengalami pelapukan. Tekstur tanah biasanya kasar, struktur kersai atau remah, konsistensi lepas sampai gembur dan pH 6-7. makin tua umur tanah struktur dan konsistensinya makin padat bahkan seringkali membentuk padas dengan drainase dan porositas yang terhambat. Umumnya tanah regosol belum membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi (Munir, 1995 : 329).

Menurut Darmawijaya dalam Munir (1995 : 329) tanah regosol cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum sipa untuk diserap tanaman tetapi sering kekurangan unsur N. Dalam taksonomi tanah lebih dikenal dengan psamment (psama = pasir, ent = order entisol).

Tanah regosol di daerah penelitian tersebar di hampir semua desa di Kecamatan Cepogo kecuali Desa Gubug. Desa-desa tersebut adalah Desa Bakulan, Desa Candigatak, Desa Cabeankunti, Desa Jelok, Desa Wonodoyo, Desa Jombong, Desa Gedangan, Desa Sumbung, Desa Cepogo, Desa Kembangkuning, Desa Mliwis, Desa Paras, Desa Genting dan Desa Sukabumi.

3. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan pencerminan hasil interaksi antara manusia dengan lingkungan, sehingga manusia dapat mengambil manfaat dari penggunaan lahan tersebut untuk kepentingan hidupnya. Secara umum penggunaan lahan di Kecamatan Cepogo menunjukkan bahwa penggunaan lahan pertanian lebih luas dari pada penggunaan lahan permukiman. Pemanfaatan lahan di Kecamatan Cepogo dipergunakan untuk permukiman, jasa, industri, lapangan olahraga, kuburan, padang gembala, sawah, tegal, hutan negara dan lain-lain. Dari penggunaan lahan yang telah disebutkan dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu bangunan, sawah, tegalan, hutan negara, lain-lain, seperti dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenis di Kecamatan Cepogo Tahun 2007

No Desa Bangunan Sawah Tegalan Hutan Negara Lainnya

1 Wonodoyo 79,9935 - 275,4767 192,5000 40,0297

2 Jombong 91,5443 - 117,7690 72,5000 20,5867

3 Gedangan 146,3675 - 211,2737 - 38,3588

4 Sumbung 109,5601 11,4000 191,3301 - 41,5098

5 Paras 26,8994 18,5000 4,2025 - 4,2031

6 Jelok 123,1797 1,8000 444,5473 - 41,4730

7 Bakulan 49,5650 - 123,9957 - 38,5393

8 Mliwis 134,8167 24,1000 353,3242 - 35,6592

9 Sukabumi 92,6649 - 147,1187 - 17,5164

10 Genting 63,2707 - 153,0284 - 15,8009

11 Cepogo 129,0413 - 230,0283 - 26,2304

12 Kembangkuning 129,9033 - 202,5134 - 24,2834

13 Cabeankunti 84,3027 - 288,5309 - 27,9664

14 Candigatak 75,7697 - 195,4196 - 19,8106

15 Gubug 101,0263 - 180,0414 - 20,5323

Jumlah 1.437,9001 55,8000 3.118,5999 265,0000 357,0000

Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Cepogo didominasi oleh tegalan yaitu sekitar 3.118,59 Ha atau 59,59% dari luas daerah Kecamatan Cepogo sebesar 5.298,80 Ha dan sisanya merupakan penggunaan lahan untuk bangunan, sawah, hutan negara dan lain-lain.

Tipe iklim dan curah hujan daerah penelitian dapat dilihat dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir di Kecamatan Cepogo yang diperoleh dari Balai Pusat Pertanian Kecamatan Cepogo. Dengan mengacu dari klasifikasi tipe curah hujan menurut Schmidt & Ferguson yang menggunakan rasio yaitu perbandingan antara angka rata-rata bulan kering dan bulan basah sebagai dasar klasifikasinya, maka curah hujan di Kecamatan Ceogo dapat diketahui pada Tabel 8.

Tabel 8. Besarnya Curah Hujan di Kecamatan Cepogo Tahun 1999-2008

No. Bulan Curah Hujan (mm) Jumlah Rata-rata

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 (mm) (mm)

1 Januari 321 327 211 603 178 268 266 320 255 439 3188 318.8

2 Februari 369 337 288 193 590 442 517 333 434 635 4138 413.8

3 Maret 364 405 321 356 519 262 302 250 635 868 4282 428.2

4 April 72 220 282 157 117 143 259 267 249 165 1928 192.8

5 Mei 24 184 10 161 102 239 50 414 230 60 1474 147.4

6 Juni 8 50 172 31 65 14 173 2 21 0 536 53.6

7 Juli 0 0 47 21 0 115 104 3 129 4 423 42.3

8 Agustus 0 17 4 0 0 0 0 0 2 28 51 5.1

9 September 34 15 4 0 27 9 138 0 0 0 227 22.7

10 Oktober 99 222 309 19 43 112 89 0 55 261 1209 120.9

11 November 318 267 245 125 202 448 128 116 165 336 2350 235.0

12 Desember 433 235 97 244 278 332 549 504 900 261 3833 383.3

Jumlah 2042 2279 1991 1847 2121 2347 2575 2133 3075 3057 23639 2363.9

Bulan Basah 5 8 7 7 7 9 9 7 8 7 74 7.4

Bulan lembab 2 - 1 - 1 - 1 - - 1 6 0,6

Bulan Kering 5 4 4 5 4 3 2 5 4 4 40 4.0

Sumber: Balai Pusat Pertanian Kecamatan Cepogo

Q = x 100% = 54%

Berdasarkan nilai Q di atas, maka keadaan curah hujan di Kecamatan Cepogo menurut Schmidt & Ferguson adalah Tipe C yang sifatnya agak basah dan mempunyai syarat nilai Q antara 33,3% sampai dengan 60,0%. Tipe curah hujan menurut Schmidt & Ferguson dapat dilihat pada Gambar 4.

Rata – rata Bulan Basah

Gambar 4 : Diagram Tipe Curah Hujan Daerah Penelitian Menurut Schmidt

dan Ferguson

E. ANALISA KHUSUS

A. Hubungan tanah regosol dengan profil topografi dengan kepekaan erosi di kecamatan Cepogo.

Umumnya tanah regosol belum membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi (Munir, 1995 : 329). Tanah regosol di daerah penelitian tersebar di hampir semua desa di Kecamatan Cepogo kecuali Desa Gubug. Desa-desa tersebut adalah Desa Bakulan, Desa Candigatak, Desa Cabeankunti, Desa Jelok, Desa Wonodoyo, Desa Jombong, Desa Gedangan, Desa Sumbung, Desa Cepogo, Desa Kembangkuning, Desa Mliwis, Desa Paras, Desa Genting dan Desa Sukabumi dengan morfologi Secara umum morfologi Kecamatan Cepogo merupakan perbukitan bergelombang dengan relief halus hingga kasar. Kemiringan lereng bervariasi dari 0% hingga > 70%, dengan ketinggian 550 – 2.911 m dpal. Bentuk bentang lahan yang ada sangat khas, yaitu puncak Merapi dengan lerengnya yang menuju ke segala arah dengan lereng yang sangat curam di wilayah yang dekat dengan puncak dan semakin melandai kearah bawah. Lereng Merapi bagian timur relatif lebih terjal, sementara di bagian barat dan utara relatif lebih landai (Simoen, 2000). Dengan demikian menyebabkan kecamatan Cepogo sangat peka terhadap erosi.

B. Hubungan tanah litosol dengan profil topografi dengan kepekaan erosi di kecamatan Cepogo.

Bahan induk tanah litosol adalah campuran batuan endapan tuff dan batuan volkan. Tanah litosol merupakan tanah yang dianggap paling muda, sehingga bahan induknya seringkali dangkal (< 45 cm) atau tampak di atas permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu. Tanah litosol belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan tanah akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang (Munir, 1995 : 331).Sehingga tanah regosol dengan kemiringan 0- > 70% sangat peka terhadap erosi.

C. Hubungan tanah regosol dengan profil topografi dengan kepekaan erosi di kecamatan Cepogo.

Tanah regosol umumnya belum jelas menampakkan differensiasi horison, meskipun pada tanah yang sudah tua horison sudah mulai terbentuk dengan horison A1 lemah, berwarna kelabu, mengandung bahan yang belum atau masih baru mengalami pelapukan. Tekstur tanah biasanya kasar, struktur kersai atau remah, konsistensi lepas sampai gembur dan pH 6-7. makin tua umur tanah struktur dan konsistensinya makin padat bahkan seringkali membentuk padas dengan drainase dan porositas yang terhambat. Umumnya tanah regosol belum membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi (Munir, 1995 : 329).Hal ini sangat dipengaruhi juga dengan kemiringan lereng Kecamatan Cepogo dari 0 % sampai > 70%.

D. Hubungan antara jenis tanah, penggunaan lahan, curah hujan dan profil topografi terhadap erosi di kecamatan Cepogo.

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Cepogo didominasi oleh tegalan yaitu sekitar 3.118,59 Ha atau 59,59% dari luas daerah Kecamatan Cepogo sebesar 5.298,80 Ha dan sisanya merupakan penggunaan lahan untuk bangunan, sawah, hutan negara dll.

0 komentar:

Posting Komentar

just click this!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    .

Video Gallery

JOIN US!!!!

klik di bawah ini ya!!!

klik juga!!!